21 Agustus 2011

Jatuh Korban di PLPG

Sebenarnya kalau mengerjakan/ mengikuti kegiatan apapun itu kalau kita siap terlebih dahulu akan berakhir lebih baik. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon (PLPG) 116 tahap V yang dilaksanakan 27 Juli hingga 5 Agustus 2011 lalu di FKIP Universitas Jember berlangsung dalam tekanan tinggi. Betapa tidak, sebelum tahapan V dimulai informasi akan adanya korban jiwa akibat PLPG beredar di kalangan peserta.

Seperti saat sesi pertama pembuka pelatihan, peserta sangat tegang, meski para instruktur memberikan motivasi, akan tetapi masih belum bisa mencairkan suasana. Memasuki hari ketiga, dalam sesi workshop pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena apa yang telah dipersiapkan dari rumah, berbeda sama sekali. Peserta harus membuat lagi dari awal. Gugup sudah pasti meski instruktur menjelaskan dengan baik, toh materi tetap tidak nyantol. Pun ketika pembuatan perangkat pembelajaran, suasananya tak jauh beda dengan workshop sebelumnya. Lagi-lagi bahan yang disiapkan dari rumah harus disingkirkan dan diganti dengan hasil karya sendiri. Usaha-usaha nakal masih terjadi seperti pada tahapan pelatihan sebelumnya.

Bukan hanya itu, usaha untuk memberi sejumlah rupiah dan materi, berkembang di awal pelatihan di setiap rombongan belajar di setiap ruang belajar yang ada.Seperti yang terjadi di kelas mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Meski kecil nilainya, tapi substansi yang ada sangat besar, karena harapan yang ingin diraih adalah lulus dari PLPG. Ironis. Ketika sesi yang ditakuti, yaitu peer teaching berlangsung , juga menelan korban. Saat seorang peserta praktik jatuh pingsan di depan penguji. Atau, ketika ujian tulis dilaksanakan ternyata semua materi ujian yang lalu berbeda dan tak ada yang keluar sama sekali. Rasa kecewa terlihat ketika waktu ujian hampir habis, hampir semua peserta belum selesai mengerjakan, baik soal pilihan ganda maupun esai.

Ketika bel berbunyi, tanda ujian berakhir, raut wajah sumringah, tingkah laku lepas bebas terpancar dari para peserta.Apapun yang terjadi, ketika semua peristiwa di PLPG terjadi, bersumber dari diri sendiri, apa yang telah dipersiapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dan ketika harapan untuk menggapai sesuatu nilai yang besar, pasti diiringi dengan usaha yang besar juga. Akhirnya sudah siapkah kita menerima harapan itu dengan segala konsekuensinya suatu ketika nanti? Andalah yang tahu, para peserta PLPG, guru profesional (dikutip dari surya)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya kira korban jiwa beneran. Tetapi memang seringkali kalau ada hal yang berbau test, pasti ada yang langsung down mentalnya. saat ini banyak pegawai Depkeu utamanya dari Perbendaharaan juga banyak yang ketar-ketir lantaran siap-siap dipensiun dinikan bagi yang tidak lulus test. Menarik sekali ulasan diatas, bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

salam,
olivia dewi