6 bulan sebelum pembukaan pendaftaran murid baru disekolah negeri biasanya di sekolah swasta favorit sudah melakukan pembukaan pendaftaran / seleksi untuk siswa baru. Tahu nggak ternyata dalam test ini mereka sudah menyertakan kemampuan membaca, berhitung, menulis dan mewawancara si kecil... duh... baik nggak sih melakukan kegiatan seperti ini ? apa nggak mempengaruhi anak ? (beberapa dari orang tua siswa mengakui kebanyakan anaknya masih belum bisa membaca dan menulis karena di TK B kan masih 6 bulan lagi dan kadang usia kurang...)
Untuk mengetahui lebih dalam berikut wawancara dengan ahli Psikologi, Dinasti Widarsari, M.Psi, Psi. Jawaban Dinasti cukup memuaskan rasa ingin tahu saya mengenai mekanisme tes masuk SD yang baik dan alasan di balik batas usia masuk SD.
Berikut ini wawancara dengan beliau :
Bagaimana sebenarnya tes masuk SD yang baik dan sesuai dengan kemampuan anak?
Tes masuk sekolah pada dasarnya diberikan untuk mengetahui tingkat kematangan dan potensi yang dimiliki calon siswa. Dengan mengetahui tingkat kematangan anak akan membantu menentukan kesiapannya secara mental dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Dan dengan mengetahui potensi yang dimiliki anak dapat membantu pihak sekolah untuk mengembangkan kemampuan yang ia miliki, mendukung kelebihan serta menyikapi kekurangan yang ada dalam diri anak dengan tepat. Sehingga tes masuk untuk anak yang akan masuk SD idealnya adalah tes yang lebih menitikberatkan pada penggambaran kemampuan atau potensi si anak yang meliputi hal-hal yang disebutkan sebelumnya.
Durasinya kira-kira berapa lama?
Lamanya pemberian tes yang diberikan untuk mengetahui kesiapan belajar untuk calon murid SD bervariasi. Informasi yang dibutuhkan dan ingin digali dari si anak tentunya memengaruhi tes-tes apa yang akan digunakan. Dan tiap tes memiliki durasi pengerjaan yang berbeda-beda. Selain itu juga tergantung dari kesiapan mental anak saat menghadapi situasi tes. Anak yang memiliki kesiapan dan sikap yang tenang saat menghadapi tes tentunya akan membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan anak yang tidak siap atau sedang memiliki suasana hati yang kurang mendukung.
Belakangan ini, banyak sekolah yang mewajibkan calon siswanya untuk mengikuti tes calistung (baca tulis hitung). Apakah tes ini memang sesuai untuk tes masuk SD?
Sebenarnya anak usia masuk Sekolah Dasar (kisaran usia 6-7 tahun, dan berdasarkan peraturan pemerintah adalah 7 tahun) belum terlalu dituntut untuk mampu membaca dan menulis. Namun pada usia itu, anak seharusnya sudah mengembangkan kemampuan motoriknya, terutama motorik halus sebagai pendukung saat ia menulis. Secara kognitif pun ia sudah lebih siap menerima informasi baru seperti mengenal huruf dalam rangkaian. Jadi pada usia tersebut, paling tidak anak biasanya sudah mampu menyerap jika diajarkan angka atau huruf yang kemudian tentunya mampu mulai membaca huruf dalam rangkaian kata sederhana. Jika sekolah memberikan tes calistung, lebih baik tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan si anak mengenali angka dan huruf, bukan sebagai alat untuk menyaring kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Sebenarnya, persyaratan psikologis apa yang dibutuhkan agar seorang anak bisa mengikuti pelajaran dan aktivitas di tingkat SD?
Untuk seorang anak dapat mengikuti pelajaran dan aktivitas di tingkat SD sebenarnya tidak terlalu rumit. Yang penting, ia berada pada usia yang secara normatif matang di aspek mental maupun intelektual untuk mengikuti kegiatan yang lebih terstruktur. Karena jika sudah berada pada usia tersebut, secara psikologis mereka pada umumnya telah mengembangkan kemampuan dan keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan lebih luas, serta memiliki kesadaran untuk mematuhi aturan. Selain itu perlu diperhatikan kesiapan mental si anak. Jika si anak sudah terbiasa dengan kegiatan belajar dan sudah menunjukkan minat untuk mempelajari berbagai hal baru, hal ini juga dapat menjadi salah satu indikasi bahwa si anak siap untuk belajar dan tentunya dapat mengikuti kegiatan belajar lebih baik dibandingkan anak yang masih belum menunjukkan keinginan untuk belajar.
Apa yang harus dilakukan orang tua agar anak mampu melalui tes dengan baik?
Yang harus dilakukan orang tua paling utama adalah membuat anak merasa rileks dalam menghadapi tes. Hasil yang ditampilkan dalam tes psikologi sangat terkait kuat dengan mental si anak. Jika anak sudah merasa tegang sebelum melakukan tes dan ia tidak mampu mengatasi ketegangannya, maka hal tersebut akan tercermin dalam hasil tes yang kurang optimal.
Adapun penyebab anak tidak dapat rileks dalam menjalani tes diantaranya:
Anak merasa khawatir dia tidak mampu mengerjakan tugas dalam tes tersebut. Anak yang awalnya tidak merasa tegang, merasakan ketegangan atau kekhawatiran dari orang tua atau keluarga, sehingga ia akhirnya ikut merasakan ketegangan tersebut.
Adanya harapan dan permintaan orang tua yang secara sadar ataupun tidak sadar disampaikan ke anak bahwa ia harus lulus dalam tes tersebut, harus bisa mengerjakan, atau “harus” lainnya, membuat anak merasa terbebani bahwa ia harus bisa dan sukses di tes ini. Dengan perasaan yang dialami, ia justru dapat kehilangan konsentrasi dan ketenangan dalam menghadapi tugas, yang akhirnya memengaruhi performa dalam menjalani tes dan hasil yang ada. Banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke SD meski belum berusia 6 tahun. Apakah ini akan berpengaruh bagi anak?
Seorang anak dianggap mampu untuk mengikuti kegiatan belajar di Sekolah Dasar dapat dilihat dari beberapa hal. Selain dari usia dan kematangan mental, kemampuan intelektual juga dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan apakah anak tersebut siap untuk sekolah di tingkat SD atau tidak. Jika ia memiliki potensi kecerdasan yang berada pada taraf sangat baik, maka secara intelektual ia tentunya dikatakan siap mengikuti kegiatan belajar di tingkat SD. Namun meski ia memiliki kemampuan intelektual yang sangat baik namun usianya ternyata masih di bawah usia yang secara mental dianggap sudah cukup matang untuk bisa mengikuti kegiatan belajar di tingkat Sekolah Dasar, yaitu usia 6 – 7 tahun, maka ada hal-hal yang harus sangat diperhatikan dan dijaga terutama oleh orang tua.
Pertama, anak usia di bawah 6 tahun pada umumnya belum memiliki kesiapan menghadapi kegiatan yang lebih terstruktur dan memiliki aturan yang cukup tegas dalam pelaksanaannya. Hal ini tentu dapat memengaruhi suasana hati dan semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar.
Kedua, usia di bawah 6 tahun adalah masa yang masih sangat didominasi dengan kegiatan bermain. Sehingga saat menghadapi kegiatan yang terstruktur dan tidak memiliki banyak kegiatan bermain, hal ini tentu saja akan memengaruhi minatnya dalam belajar.
Ketiga, usia di bawah 6 tahun pada umumnya masih belum mampu untuk fokus pada 1 kegiatan dalam jangka waktu yang relatif panjang. Sehingga si anak akan terkesan mudah bosan.
Hal-hal tersebut di atas dapat membuat anak justru akan mengalami penurunan kemampuan ataupun tidak muncul kondisi terbaiknya meski secara potensi ia memiliki kemampuan intelektual dan kemampuan pendukung yang baik.
0 komentar:
Posting Komentar